15 September 2008

Sejarah dan Perkembangan Studi Maria

Sejarah dan Perkembangan Studi Mariologi

Gereja Awal


Sejarah Mariologi bisa ditelusuri dari abad pertama. Umat Kristiani awal memusatkan penghormatan mereka pada mulanya kepada para martir di sekitar mereka. Mengikuti hal ini, mereka melihat adanya semacam jembatan antara penghormatan umat Kristiani yang lama dan yang baru dalam diri Maria. Di abad ke-2, Santo Irenaeus dari Lyon menjuluki Maria “Hawa Kedua” sebab melalui Maria dan kepasrahannya pada pilihan Tuhan baginya, Tuhan memperbaiki kerusakan yang terjadi akibat pilihan Hawa untuk memakan buah terlarang. Doa kepada Maria tertua yang tercatat , sub tuum praesidium, diperkirakan berasal dari sekitar tahun 250.

Pada abad ke-5, Konsili Ekumenis Ketiga memperdebatkan pertanyaan apakah Maria layak digelari sebagai Theotokos dan puncaknya menegaskan penggunaan gelar tersebut. Gereja-gereja yang didedikasikan kepada Maria muncul di seluruh tanah Kristen saat itu, diantaranya yang terkenal adalah Basilika Santa Maria Maggiore di Roma dan Hagia Sophia di Konstantinopel. Ajaran mengenai Pengangkatan Tubuh Maria ke Surga menyebar luas di dunia Kristen mulai dari abad keenam dan selanjutnya. Hari peringatannya ditetapkan pada tanggal 15 Agustus baik di daerah Romawi Timur maupun Barat.


Abad Pertengahan hingga Masa Reformasi Protestan

Abad Pertengahan menyaksikan pertumbuhan dan perkembangan Mariologi, serta membawa para pelaku devosi kepada Maria yang setia ke permukaan, termasuk diantaranya Ephraim orang Syria, Yohanes Damascene dan Bernard dari Clairvaux. Doa-doa kepada Maria seperti Ave Maria serta kidung-kidung seperti Ave Maris Stella dan Salve Regina lahir, menjadi nyanyian-nyanyian utama di biara. Praktek-praktek devosi jumlahnya bertambah pesat. Dari tahun 1000 dan selanjutnya semakin banyak gereja, termasuk banyak katedral-katedral agung Eropa, didedikasikan kepada Maria.

Satu kontroversi besar sepanjang masa adalah konsep Pembuahan Suci. Walau konsep Maria yang tanpa dosa telah ditegaskan dalam masa-masa awal gereja, kapan dan bagaimana tepatnya Maria menjadi bersih tanpa dosa menjadi sebuah topik untuk perdebatan dan pertentangan. Secara bertahap konsep bahwa Maria telah disucikan dari dosa asal pada saat Ia diciptakan mulai diterima luas, terutama setelah Yohanes Duns Scotus menjawab keberatan utama dari konsep kesucian Maria semenjak penciptaan, sebagai kebutuhannya bagi penebusan dosa.[8] Karya Allah dalam membuat Maria bersih dari dosa semenjak penciptaannya adalah, menurutnya, mungkin bentuk penebusan dosa yang paling sempurna.

Selama Reformasi Protestan, Mariologi Katolik Roma diterpa serangan tuduhan gencar yang belum pernah terjadi sebelumnya sebagai sesuatu yang mencemarkan kesucian dan ajaran takhyul. Para pemimpin Protestan seperti Martin Luther dan John Calvin, meski secara pribadi taat pada kepercayaan Maria seperti kelahiran perawan dan kesuciannya, menganggap penghormatan umat Katolik pada Maria sebagai tandingan terhadap peran kudus Yesus Kristus.

Sebagai sebuah refleksi dari penentangan teologis ini, karya-karya seni religius dan berbagai patung serta lukisan Maria dihancurkan secara besar-besaran. Beberapa kaum reformis Protestan, terutama Andreas Karlstadt, Huldrych Zwingli dan John Calvin mendorong penghilangan gambaran-gambaran religius dengan merujuk pada pelarangan Dekalog atas pemujaan berhala dan pembuatan patung-patung yang menggambarkan Tuhan. Kerusuhan orang-orang yang menentang patung berhala yang besar terjadi di Zurich (1523), Kopenhagen (1530), Münster (1534), Jenewa (1535), Augsburg (1537) dan Skotlandia (1559). Tujuh Belas Provinsi (sekarang Belanda, Belgia dan sebagian Perancis utara) mengalami gelombang gerakan anti patung berhala yang besar pada musim panas tahun 1566. Konsili Trente menegaskan mengenai tradisi Katolik akan keberadaan lukisan-lukisan dan karya-karya seni di dalam gereja, yang menyebabkan perkembangan karya-karya seni mengenai Maria dan Mariologi yang luar biasa selama masa Barok.

Masa Barok hingga Masa Pencerahan

Selama masa Reformasi Protestan, Gereja Katolik mempertahankan Mariologi terhadap serangan kaum Protestan sementara juga bertempur dalam Perang Ottoman di Eropa melawan Turki yang dilakukan dan dimenangkan di bawah perlindungan Sang Perawan Maria. Kemenangan di Perang Lepanto (1571) diakui sebagai karya Maria “dan menandai dimulainya kebangkitan kembali yang kuat atas devosi-devosi kepada Maria”.

Karya-karya tulis masa Barok mengenai Maria menyaksikan perkembangan yang tidak disangka sebelumnya dengan lebih dari 500 halaman tulisan Mariologi selama abad ke-17 saja. Francis Suarez, seorang Yesuit, adalah teolog pertama yang menggunakan metode Thomist untuk Mariologi. Penulis-penulis lainnya yang memberikan sumbangan pada Mariologi masa Barok adalah Lawrence dari Brindisi, Robert Bellarmine, dan Francis dari Sales.

Mariologi masa Barok didukung oleh beberapa paus: Paus Paulus V dan Paus Gregorius XV memutuskan di tahun 1671 dan 1622 bahwa pernyataan yang menyebutkan Sang Perawan Maria diciptakan dengan dosa asal tidak bisa diterima. Paus Aleksander VII menyatakan di tahun 1661 bahwa jiwa Maria terbebas dari dosa asal. Paus Klemens XI memerintahkan perayaan Immaculata bagi seluruh gereja di tahun 1708. Perayaan Rosario diperkenalkan pada tahun 1716, perayaan Tujuh Duka Maria diperkenalkan tahun 1727. Doa Angelus didukung dengan kuat oleh Paus Benediktus XIII di tahun 1724 dan oleh Paus Benediktus XIV di tahun 1742.

Penekanan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan rasionalisme di Masa Pencerahan membuat teologi Katolik dan Mariologi untuk banyak melakukan pembelaan diri. Konsep keperawanan dan rahmat-rahmat khusus masih ditaati, namun pemujaan terhadap Maria dijauhi. Beberapa teolog mengusulkan penghapusan semua hari perayaan bagi Maria, kecuali hari-hari yang memiliki dasar-dasar Kitab Suci dan hari raya Pengangkatan Tubuh Maria ke Surga.

Banyak kaum Benediktin seperti Celestino Sforndrati (wafat 1696) dan Yesuit, didukung oleh para umat yang taat dan perkumpulan pro-Maria mereka, berdiri melawan gerakan anti-Maria ini. Namun dengan adanya sekularisasi, yang berarti penutupan paksa banyak biara, ziarah-ziarah untuk Maria tidak berlanjut atau jumlahnya sangat jauh berkurang. Doa Rosario dikritik dari dalam lingkungan Katolik sendiri sebagai sesuatu yang tidak memusatkan pada Yesus dan terlalu mekanis. Di beberapa tempat bahkan pernah dilarang untuk berdoa rosario selama Misa Kudus.

Selama masa ini pendukung Mariologi merujuk pada “Kemuliaan Maria” dan beberapa tulisan Mariologi lainnya karya Alfonsus Liguori, seorang Italia, yang kebudayaannya tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh gerakan Pencerahan. “Secara keseluruhan, Mariologi Katolik selama Masa Pencerahan kehilangan perkembangan utama dan nilai tingginya, namun dasar-dasarnya berhasil dipertahankan dimana menjadi dasar bagi Abad ke-19 untuk kembali membangunnya”.

Abad ke-19

Mariologi di abad ke-19 didominasi oleh pembahasan Pembuahan Suci dan Konsili Vatikan Pertama. Baru pada tahun 1854 Paus Pius IX, dengan dukungan yang luar biasa dari para Uskup Katolik Roma yang ia ajak berkonsultasi antara tahun 1851-1853, meresmikan dogma Pembuahan Suci.

Delapan tahun sebelumnya, di tahun 1846, Sri Paus mengabulkan permintaan penuh dari para uskup Amerika Serikat dan menyatakan bahwa Immaculata sebagai pelindung Amerika Serikat. Selama Konsili Vatikan Pertama, 108 imam peserta konsili meminta agar ditambahkan kata-kata “Perawan Suci” ke dalam doa “Salam Maria”. Beberapa imam meminta agar dogma Pembuahan Suci dimasukkan ke dalam kredo Gereja.

Banyak umat Katolik Perancis mengharapkan dijadikannya dogma terhadap konsep Infalibilitas kepausan dan Pengangkatan Tubuh Maria ke Surga di dalam konsili ekumenis yang selanjutnya. Selama Konsili Vatikan Pertama sembilan petisi Mariologi mendukung sebuah kemungkinan dogma atas Pengangkatan Maria, yang sayangnya ditentang secara tegas oleh beberapa peserta konsili, terutama yang berasal dari Jerman. Pada tanggal 8 Mei para peserta konsili menolak pembuatan dogma akan konsep tersebut, sebuah keputusan yang didukung oleh Paus Pius IX. Konsep Maria sebagai ko-redemptrix juga sempat didiskusikan namun dibiarkan terbuka. Sebagai dukungannya, para peserta konsili menyoroti kudusnya keibuan Maria dan menganugerahinya dengan gelar Ibu Segala Rahmat.

Paus Rosario Leo XIII adalah sebuah gelar yang diberikan kepada Paus Leo XIII (1878-1903) karena ia menciptakan sebuah rekor dengan mengeluarkan sebelas ensiklik kepausan mengenai doa rosario, meresmikan kebiasaan Katolik untuk berdoa rosario tiap hari selama bulan Oktober, yang dibuat pada tahun 1883 pada hari perayaan Ratu Rosario Suci.

Mariologi sebagai Teologi Rakyat

Tidak seperti kebanyakan teologi Katolik Roma yang berasal dari tingkatan atas Gereja, Mariologi seringkali berasal dari bawah oleh puluhan juta umat Katolik dengan sebuah devosi khusus kepada Sang Perawan Suci. Dalam beberapa kasus penting, devosi-devosi ini tidak dimulai dengan keputusan yang dikeluarkan di Roma, namun malah berasal dari pengalaman-pengalaman rohani (dan pengelihatan) individu-individu yang lugu dan sederhana (kebanyakan adalah anak-anak) yang terjadi di puncak gunung yang terpencil yang dalam beberapa waktu kemudian menciptakan emosi yang kuat di tengah-tengah umat Katolik yang sangat besar jumlahnya. Reaksi kuat di tengah-tengah umat Katolik ini kemudian mempengaruhi tingkatan atas hierarki Gereja Katolik Roma.

Sebuah contoh bagus dari hal ini adalah kasus Santo Juan Diego yang ketika sebagai anak muda di tahun 1531 melaporkan sebuah penampakan Santa Perawan Maria pada suatu subuh dimana ia diperintahkan untuk membangun sebuah gereja di Bukit Tepeyac di Meksiko. Imam kepala lokal tidak percaya pada ceritanya dan, sebagai bukti, ia meminta sebuah peristiwa ajaib. Permintaanya ini kemudian dipenuhi dengan hadirnya gambaran Ratu Guadalupe Kami yang secara permanen tercetak di mantel Juan Diego yang dikenakannya saat mengumpulkan bunga mawar.

Secara keseluruhan, Juan Diego tidak menerima banyak perhatian dari Roma selama era tahun 1530-an semenjak pihak gereja di Roma sedang sibuk menghadapi tantangan gerakan Reformasi Protestan antara tahun 1521 hingga tahun 1579. Walau demikian, di saat banyak orang meninggalkan Gereja Katolik Roma di Eropa sebagai hasil dari gerakan Reformasi Protestan, berita penampakan Sang Perawan Maria dari Juan Diego merupakan unsur yang penting dalam menambah hampir delapan juta orang umat Katolik di Benua Amerika antara tahun 1532 hingga tahun 1538. Pada akhirnya dengan puluhan juta pengikut, Juan Diego mempengaruhi Mariologi di benua Amerika dan di tempat lainnya, dan dinyatakan sebagai “Yang Patut Dimuliakan” oleh Gereja Katolik Roma pada tahun 1987.

Kekuatan Mariologi lainnya di tahun-tahun belakangan ini adalah penyebaran devosi-devosi kepada Maria seperti Rosario Suci melalui berbagai organisasi orang awam Katolik. Abad ke-20 nenyaksikan pertumbuhan yang pesat dalam jumlah organisasi sukarela yang melakukan devosi kepada Maria seperti kelompok-kelompok pembagi rosario gratis. Salah satu contohnya adalah organisasi Pembuat Rosario Ratu Kami yang dibentuk dari uang donasi sebesar 25 dolar untuk membeli sebuah mesin tik pada tahun 1949. Saat ini organisasi tersebut memiliki ribuan sukarelawan/ti yang telah membagikan jutaan rosario gratis kepada misi-misi Katolik di seluruh dunia. Perkembangan devosi-devosi kepada Maria ini kemudian membangun sensus fidelium yang nantinya mempengaruhi arah perkembangan Mariologi secara keseluruhan.

Pusat Penelitian Mariologi

Penelitian resmi tentang Mariologi di dalam lingkungan yang berhubungan dengan Tahta Suci mengalami suatu kemajuan besar dalam Tahun Suci tahun 1950 dan dalam tahun 1958 akibat keputusan-keputusan Paus Pius XII yang mengijinkan berbagai institusi untuk meningkatkan penelitian akademis tentang penghormatan terhadap Perawan Suci Maria.

* Academia Mariana Salesiana. Paus Pius XII mengabulkan pendirian Academia Mariana Salesiana yang merupakan suatu bagian dari perguruan tinggi kepausan. Akademi ini mendukung penelitian-penelitian kaum Salesian dengan tujuan untuk mengembangkan penghormatan kepada Sang Perawan Suci dalam tradisi Santo Yohanes Bosco.

* Centro Mariano Montfortano. Juga di tahun 1950, Centro Mariano Montfortano dipindahkan dari Bergamo ke Roma. Centro menyebar-luaskan ajaran-ajaran Santo Louis de Montfort yang sebelumnya dikanonisasi oleh Paus Pius XII. Institusi ini menerbitkan bulanan Madre e Regina yang menyebar-luaskan orientasi Maria dari Montfort.

* Marianum dibentuk pada tahun 1950 dan pengoperasiannya dipercayakan kepada Ordo Servites. Institusi ini diberikan kuasa untuk menganugerahi semua gelar akademis termasuk sebuah gelar doktor di bidang teologi. Semenjak tahun 1976, Marianum mengadakan konferensi internasional setiap dua tahun untuk menemukan perumusan baru yang mengukur misteri Maria.

* Collegamento Mariano Nazionale (1958) adalah prakarsa mengenai Maria terakhir dari Paus Pius XII. Institusi ini mengkoordinasi semua aktivitas institusi-institusi yang berorientasi pada Maria di Italia, menyelenggarakan ziarah-ziarah yang berorientasi pada Maria dan menyelenggarakan minggu-minggu pembahasan Maria bagi para imam. Selain itu, institusi ini juga memulai penyelenggaraan pertemuan-pertemuan pemuda-pemudi Maria dan menebitkan Jurnal “Madonna”.

Dari semua organisasi ini, Marianum adalah pusat Mariologi yang paling aktif di Roma. Institusi Katolik kepausan ini didirikan oleh Romo Gabriel Roschini (yang kemudian mengepalainya selama beberapa tahun) di bawah arahan dari Paus Pius XII di tahun 1950. Di Marianum, seseorang bisa memperoleh gelar strata dua di bidang Mariologi (program akademis dua tahun) dan seseorang juga bisa memperoleh gelar doktor di bidang Mariologi. Fasilitas Mariologi ini memiliki sebuah perpustakaan berisi 85.000 jilid mengenai Mariologi, serta sejumlah majalah dan jurnal teologi dan yang berhubungan dengan Mariologi. Marianum juga merupakan nama dari jurnal teologi Mariologi yang bergengsi, yang sebelumnya diterbitkan oleh Romo Roschini di tahun 1939.

Pada tahun 1975, Universitas Dayton di Ohio, Amerika Serikat, mendirikan International Marian Research Institute (Institut Internasioanl untuk Penelitian Maria) yang berafiliasi dengan Marianum untuk menawarkan gelar doctorate in sacred theology (S.T.D.: Doktor Teologi Suci) dan diploma di bidang teologi suci (S.T.L.: Sacred Theology Licentiate).

Teologi Maria

Mariologi

Mariologi dalam Gereja Katolik Roma adalah sebuah bagian teologi yang berhubungan dengan Maria, Sang Bunda Allah. Dengan julukannya juga sebagai Sang Perawan Suci karena ia adalah Ibu Tuhan, ia memiliki sebuah martabat yang tak terhingga yang berasal dari kebaikan yang tak terhingga pula, yakni Allah. Secara teologis, Mariologi Katolik Roma tidak hanya membahas kehidupannya saja, namun juga membahas berbagai penghormatan kepadanya dalam kehidupan sehari-hari, doa-doa, serta kesenian, musik dan arsitektur yang bertemakan Maria dalam kehidupan Kristiani hari ini, masa lalu dan sepanjang masa.

Mariologi Katolik Roma masih dan terus menerus dibentuk tidak hanya oleh ensiklik kepausan tapi juga oleh hal-hal lain yang saling mempengaruhi mulai dari tulisan-tulisan para orang-orang suci gereja hingga berbagai pembangunan gereja-gereja agung yang didedikasikan untuk Maria di lokasi-lokasi penampakannya pada anak-anak di pegunungan terpencil yang diterima sensus fidelium (berdasarkan keimanan bersama). Di beberapa kasus, sensus fidelium terkadang mempengaruhi keputusan-keputusan kepausan mengenai Maria, melengkapi Mariologi dengan komponen “teologi rakyat” yang membedakannya dari komponen-komponen teologi formal lainnya. Dalam hal kepopuleran dilihat dari jumlah pengikut, keanggotaan di dalam gerakan dan perkumpulan yang berorientasi pada Maria tumbuh dengan jumlah yang sangat berarti di abad ke-20.

Sifat Dasar Mariologi Katolik

Mariologi tak dapat dipisahkan dari Kristologi

Mariologi Katolik adalah sebuah konsekwensi logis dan penting dari Kristologi: Yesus dan Maria adalah anak dan ibu, Sang Penebus Dosa dan Yang Ditebus Dosanya. Mariologi adalah Kristologi yang dikembangkan hingga ke potensi yang sepenuhnya. Maria dan putranya Yesus sangatlah mirip namun tidak kembar identik dalam teologi Katolik. Oleh karena itu, ajaran-ajaran tentang Maria, disamping turut memberikan sumbangan ke dalam pengajaran mengenai Kristus, juga adalah ajaran yang terpisah yang disebut Mariologi.

Maria mengembangkan pengertian yang lebih mendalam mengenai siapa Kristus itu dan apa yang dilakukan-Nya. Kristologi tanpa Maria adalah suatu hal yang salah menurut pandangan Gereja Katolik Roma, karena teologi tersebut berarti tidak didasarkan pada wahyu Kitab Suci yang penuh. Umat Kristiani di masa-masa awal dan banyak orang-orang suci memusatkan diri pada interpretasi paralel ini. Para paus menyoroti hubungan intim antara dogma-dogma mengenai Maria dan penerimaan penuh dari dogma Kristologi.

Gereja adalah kumpulan umat Allah karena dirinya adalah Tubuh Kristus. Gereja hidup dalam hubungannya dengan Kristus. Sebagai Tubuh Kristus, Gereja juga memiliki hubungan dengan ibu-Nya, yang menjadi topik utama dari Mariologi Katolik. Maria dipandang sebagai citra asli Gereja, atau, seperti yang dinyatakan dalam Konsili Vatikan II, “Bunda Gereja”.

Mariologi terus-menerus berkembang, termasuk di dalamnya berbagai dogma, tradisi, posisi teologis resmi dan hipotesis mengenai Maria, baik yang ada saat ini maupun yang telah menjadi sejarah. Namun, Mariologi bukan saja sebuah bidang teologi yang dipelajari oleh sedikit cendekiawan, namun sebuah konsep devosi yang dianut oleh jutaan umat Katolik yang menghormati Sang Perawan Suci Maria. Dan, seperti yang didiskusikan di bawah ini, bidang teologi ini berbeda dengan bidang-bidang lain dalam teologi dalam hal bahwa perkembangan bidang ini seringkali berasal dari gerakan bawah, dari massa umat yang percaya, dan terkadang berasal dari pengalaman-pengalaman rohani anak-anak kecil dan sederhana di puncak gunung terpencil, yang kemudian mempengaruhi tingkatan atas Tahta Suci di Roma melalui sensus fidei.

Doktrin-doktrin Maria dalam Gereja Katolik Roma, termasuk keempat dogma yang dibahas dibawah ini, adalah bagian utama dari Mariologi yang terdiri atas ajaran-ajaran dan doktrin-doktrin resmi mengenai hidup dan peran Maria, namun tidak mengikut-sertakan pandangan-pandangan menyeluruh, konroversi dan aspek-aspek kebudayaan devosi kepada Maria. Mariologi adalah bagian dari doktrin abstrak dan juga adalah sebuah bagian yang penting dalam kehidupan gereja: doa-doa Maria, ziarah-ziarah ke tempat-tempat suci Maria, devosi-devosi kepada Maria selama bulan Mei dan Oktober, penampakan Maria, gelar-gelar Maria, dan hari-hari peringatan bagi Maria diperjelas dalam artikel Sang Perawan Suci Maria. Oleh karena itu, artikel mengenai Mariologi Katolik Roma ini menyajikan sebuah peninjauan mengenai persoalan-persoalan pokok, perkembangan dan kontroversi gerakan eklesiologi ini.

Dogma-dogma mengenai Maria

Dogma-dogma Gereja Katolik Roma mengenai Maria memiliki dua fungsi: menyajikan ajaran-ajaran Gereja yang tidak dapat salah mengenai Maria dan hubungannya dengan Yesus Kristus, dan memuji Maria serta memuji karya Allah pada diri Maria melalui Maria sendiri. Semua dogma mengenai Maria mengajarkan tentang putranya yang kudus dan menyoroti kekudusan Yesus Kristus. Saat ini terdapat empat dogma mengenai Maria di antara banyak ajaran lain mengenai Sang Perawan Suci:

Nama

Definisi Magisterium Pertama

Isi Dogma

Keperawanan Selamanya

Simbol pembaptisan semenjak abad ketiga

'Keperawanan Maria Selamanya' berarti Maria adalah seorang perawan sebelum, selama dan sesudah melahirkan.

Bunda Allah

Konsili Efesus (431)

Maria adalah benar-benar Bunda Allah karena kesatuannya dengan Kristus, Putra Allah.

Pembuahan Suci

Paus Pius IX (1854)

Maria, pada saat dirinya diciptakan, dijaga kesuciannya dari dosa asal.

Pengangkatan Tubuh ke Surga

Paus Pius XII (1950)

Maria, setelah menyelesaikan jalan hidupnya di bumi, diangkat tubuh dan jiwanya ke keagungan surga.

MARIOLOGI

AJARAN MENGENAI MARIA(MARIOLOGI)

Di dalam sejarah, penghormatan umat Kristen terhadap Maria sebagai ibu Yesus adalah wajar dan sepatutnya, tetapi bagi umat Katolik Roma tidak demikian. Mereka mengangkat kedudukan
Maria bahkan setara dengan Tuhan Yesus. Dari jajaran orang-orang suci, Maria, ibu Yesus menempati kedudukan yang paling utama bahkan sentral. Semula ibadat mengenai Maria timbul dari penghormatan sebagai ibu Yesus yang melahirkan Yesus, tetapi berkembang ajaran-ajaran yang makin meluas yang tidak dijumpai datanya dari Alkitab, tetapi dari tradisi.
"Sebutan ‘Bunda Allah’ dan ‘Perawan’ sangat erat berhubungan satu dengan yang lain. Kedua sebutan itu mengungkapkan keluhuran Yesus, sekaligus kesucian Maria. Maka di samping kedua gelar tersebut Gereja juga menyatakan bahwa Maria secara total bebas dari dosa dan karena itu juga dari kehancuran maut.

Ada empat dogma atau
pernyataan iman Gereja yang menyangkut Maria.
(1) Maria adalah Bunda Allah.
(2) Maria adalah Perawan.
(3) Maria terkandung tanpa dosa.
(4) Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan badannya.
…keempat kebenaran itu berkaitan, yang satu tidak
lengkap tanpa yang lain".

A. Maria menggantikan atau menggeser tempat
Allah / Yesus.
1. Maria dijadikan obyek doa.
Orang Katolik menganggap bahwa dengan berdoa kepada Maria,
doa mereka lebih manjur untuk dikabulkan daripada kalau mereka
berdoa kepada Allah / Yesus. Alasannya adalah Maria melahirkan
Yesus. Karena Yesus adalah Putra Allah maka Maria disebut
Bunda Allah.

Orang Katolik memang berdoa kepada Maria terbukti dari doa
Salam Maria:

"Salam Maria penuh rahmat
Tuhan sertamu
Terpujilah engkau di antara wanita
dan terpujilah buah tubuhmu Yesus
Santa Maria Bunda Allah
Doakanlah kami yang berdosa ini
Sekarang dan waktu kami mati.

Amin."

• "Bunda Maria, hatimu selalu tertuju pada Allah. Oleh
karenanya engkau selalu bisa mengalahkan bujuk rayu setan.
Dampingilah ya Bunda, supaya hati kami pun selalu tertuju
kepada Allah. Kami ingin selalu waspada terhadap godaan
setan dan menjauhinya. Kami ingin memelihara hati kami
supaya tetap bersih.

Tak lupa juga, ya Bunda, doakanlah kakek-nenek dan
saudara-saudari kami yang telah dipanggil Tuhan, supaya
mereka mendapatkan kebahagiaan kekal. Antarlah mereka
kepada Tuhan Yesus Putramu. Dan jangan lupa jemputlah
kami semua pada saat kematian kami nanti. Hantarlah pula
kami menuju Yesus Putramu.

Bunda, doamu adalah harapan kami. Doa yang engkau
lambungkan untuk kami tentu menjadi kesukaan Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus pasti mengabulkannya.

• "Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini,
sekarang dan waktu kami mati. Amin." (ibid. hal. 233).

• "Maria tidak hanya merupakan pola utama dan teladan yang
menunjukkan keadaan yang kita cita-citakan bagi kita, dengan
meneladan iman, harapan dan kasihnya, tetapi ia juga aktif
mendoakan kita supaya Roh Kudus diarahkan berlimpahan
pada kita."

Sanggahan kristen:

a. Kitab Suci tidak pernah mengajar kita untuk berdoa kepada
Maria. Rasul-rasul juga tidak pernah berdoa / meminta apapun
kepada Maria. Doa hanya boleh ditujukan kepada Allah.

b. Maria harus menjadi Allah yang maha tahu untuk bisa
mendengar doa-doa orang Katolik yang begitu banyak. Dan ia
harus menjadi Allah yang maha kuasa untuk bisa mengabulkan
doa-doa itu.

c. Kalaupun ada doa kepada Maria yang dikabulkan, pengabulan
doa itu pasti datang dari setan. Setan bisa mengabulkan doa yang
salah, supaya manusia terus berdoa dengan cara yang salah itu.
Jangan lupa bahwa juga ada banyak orang berdoa kepada patung
berhala dan mendapatkan pengabulan doa! Jadi, ada pengabulan
doa, tidak berarti bahwa doa itu benar!


2. Maria dianggap sebagai perantara antara Allah dan
Manusia.

Bahwa Katolik Roma memang mempercayai hal ini terbukti dari: [=
Dan ia (Maria) betul-betul merupakan perantara perdamaian antara
orang-orang berdosa dan Allah. Orang-orang berdosa menerima
pengampunan oleh ... Maria saja] - 'The Glories of Mary', hal 82-83.

Sanggahan Kristen:

a. 1Tim 2:5 dan 1Yoh 2:1-2, menunjukkan bahwa Tuhan Yesus
adalah satu-satunya perantara antara Allah dan manusia. Karena
itu jelas bahwa Maria bukanlah perantara! Kalau Maria adalah
perantara, maka kedua ayat tersebut adalah salah!

b. Hanya Yesus yang bisa menjadi perantara antara Allah dan
manusia, karena Dialah satu-satunya Pribadi yang adalah sungguhsungguh
Allah dan sungguh-sunggguh manusia.

c. Seorang pengantara harus mempunyai kurban. Yesus
mengurbankan nyawa-Nya, sehingga Ia bisa menjadi perantara /
Imam Besar (Ibr 9:11-15). Sebaliknya, Maria tidak punya kurban
apapun.

d. Kalau karena Yesus datang kepada kita melalui Maria, maka kita
harus datang kepada Yesus melalui Maria, maka argumentasi ini
bisa dilanjutkan sebagai berikut: karena Maria datang kepada kita
melalui orang tuanya, kita pun harus datang kepada Maria melalui
orang tua Maria. Dan karena orang tua Maria datang kepada kita
melalui kakek dan nenek Maria, kita pun harus datang kepada
orang tua Maria melalui kakek dan nenek Maria. Kalau ini
diteruskan maka akhirnya untuk datang kepada Yesus kita harus
melalui Adam dan Hawa! Ini adalah suatu konsekwensi yang pasti
tidak akan diterima oleh orang Katolik sekalipun!


3. Maria dianggap sebagai pintu gerbang ke surga /
jalan keselamatan, bahkan sebagai satu-satunya pintu
gerbang ke surga / jalan keselamatan.
Perhatikan kutipan-kutipan di bawah ini:

• (= Maria disebut ... pintu gerbang surga karena tidak seorang
pun bisa memasuki kerajaan yang mulia itu tanpa melewati
dia) - 'The Glories of Mary', hal 160.

• (= jalan keselamatan tidak terbuka bagi siapapun selain
melalui Maria. ... Keselamatan kita ada dalam tangan Maria ...
Ia yang dilindungi oleh Maria akan selamat, ia yang tidak
dilindungi oleh Maria akan terhilang) - 'The Glories of Mary',
hal 169-170.

Sanggahan Kristen:

a. Yoh 10:1,7,9 Yoh 14:6 Kis 4:12 menunjukkan bahwa Yesus
adalah satu-satunya jalan ke surga / jalan keselamatan. Kalau
Maria adalah jalan keselamatan, apalagi kalau Maria adalah satusatunya
jalan keselamatan, maka ketiga ayat tersebut di atas
adalah salah!

b. Kalau memang Maria adalah pintu gerbang ke surga / jalan
keselamatan, untuk apa Yesus harus datang ke dunia dan mati di
salib? Bandingkan dengan Gal 2:21 yang menyatakan bahwa
seandainya ada jalan keselamatan melalui ketaatan pada hukum
Taurat, maka kematian Kristus adalah sia-sia! Analoginya,
seandainya melalui Maria orang berdosa bisa mendapatkan
keselamatan, maka kedatangan dan kematian Kristus juga sia-sia!


4. Maria dianggap mempunyai kuasa di bumi dan di
surga.
Ajaran ini terlihat dari kutipan di bawah ini:
(= segala kuasa diberikan kepadamu di surga dan di
bumi sehingga terhadap perintah Maria semua taat -
bahkan Allah ... dan demikianlah ... Allah telah
meletakkan seluruh Gereja di bawah kekuasaan Maria) -
'The Glories of Mary', hal 180-181.
Sanggahan Kristen:

a. Kuasa di surga dan di bumi hanya diberikan kepada Tuhan
Yesus (Mat 28:18), bukan kepada Maria! b. Dengan pemberian
kuasa semacam itu kepada Maria akan menjadikan Maria sebagai
Allah!

5. Maria dijadikan obyek penyembahan.
"Bunda Maria berjanji mau membantu kita berdoa, tetapi
ia juga mengharapkan supaya kita memohon kepadanya.
Bunda Maria akan lebih mudah dalam membantu kita
menjadi murid Yesus yang baik, bila kita sungguhsungguh
berniat mau menjadi baik" (Fx. Wibowo Ardhi,
Mari Berdoa Salam Maria, Kanisius, hal. 43).
Secara resmi Gereja Katolik Roma menyangkal menyembah Maria
dan membedakan 3 macam penyembahan:

a. LATRIA: Ini adalah penyembahan yang tertinggi, dan ini hanya
ditujukan kepada Allah.

b. DULIA: Ini adalah pemujaan terhadap malaikat / orang-orang
suci.

c. HYPER-DULIA: Ini adalah pemujaan yang lebih tinggi dari
DULIA, dan ini ditujukan kepada Maria.
Tetapi dalam prakteknya, orang-orang awam Katolik Roma tidak
tahu apa-apa tentang hal ini.

Sanggahan Kristen:

a. Kitab Suci tidak pernah mengajarkan adanya 3 macam
penyembahan seperti yang diajarkan oleh Gereja Katolik itu. Jadi
disini lagi-lagi terlihat adanya ajaran Katolik Roma yang sama
sekali tidak punya dasar Kitab Suci!

b. Sekalipun mereka tidak menamakan 'penyembahan', tetapi
mereka berdoa kepada Maria, berlutut di bawah patung Maria,
menyanyi memuji Maria. Semua itu jelas tidak bisa disebut sebagai
penghormatan, tetapi harus dianggap sebagai penyembahan.

c. Kitab Suci jelas melarang penyembahan pada manusia maupun
malaikat (Mat 4:10 Kis 10:25,26 Kis 12:20-23, Kis. 14:14,15 Why.
19:10 Why. 22:8,9). Perhatikan bahwa dalam Kis 10:25-26,
Kornelius jelas bukan menyembah Petrus karena menganggapnya
sebagai Allah! Ia menyembah Petrus sebagai penghormatan
kepada Petrus sebagai rasul Tuhan. Tetapi, Petrus tetap menolak
sembah itu, karena sebagai manusia biasa ia tidak layak menerima
sembah, dan sembah hanya boleh diberikan kepada Allah!
Demikian juga dalam Why. 19:10 dan Why. 22:8-9, pada waktu
rasul Yohanes menyembah malaikat, rasanya tidak mungkin ia
menyembah malaikat itu karena menganggapnya sebagai Allah.
Mungkin ia menyembahnya hanya sebagai pernghormatan, atau
sekedar karena takutnya melihat malaikat, tetapi malaikat menolak
sembah dan mengalihkannya kepada Allah!

d. Kitab Suci melarang kita yang masih hidup untuk mengadakan
kontak dengan orang yang sudah mati (Ul 18:9-12 Im 20:6 Yes
8:19-20). Sekalipun Maria adalah ibu Yesus, tetapi ia tetap sudah
mati, sehingga kita tidak boleh berdoa ataupun mengadakan kontak
dengan dia. Ini tidak berbeda dengan orang-orang yang
mengadakan kontak dengan orang yang sudah mati dengan
menggunakan jai-langkung, permainan cucing, dsb.


B. Maria dianggap sebagai perawan yang abadi
Orang Katolik Roma bukan hanya mengakui bahwa Maria adalah
seorang perawan pada waktu mengandung dan melahirkan Kristus,
tetapi juga bahwa keperawanan Maria bersifat abadi. Dengan kata
lain, setelah kelahiran Yesus pun Yusuf, suami Maria, tetap tidak
pernah berhubungan sex dengan Maria.

"Dalam dirimu, ya Perawan tak bernoda,
batas-batas alam terlangkahi,
melahirkan, namun tetap perawan.
Kematian menjadi jaminan hidup.
Sesudah melahirkan, engkau tetap perawan,
sesudah mati engkau tetap hidup.
Ya, pengandung Allah.
Engkau menyelamatkan kami, warisanmu,
Tak henti-hentinya!"
(George A. Maloney SJ, Maria Rahim Allah, Kanisius,
hal. 156).


Sanggahan Kristen:

a. Dalam Mat 1:24-25 dikatakan bahwa Yusuf tidak bersetubuh
dengan Maria sampai Yesus lahir. Sekarang pikirkan sendiri
bagaimana saudara menggunakan kata 'sampai'. Kalau misalnya
dikatakan bahwa kita libur sampai tanggal 1 Januari, maka
bukankah itu berarti bahwa setelah itu kita tidak lagi libur? Jadi,
kalau dikatakan bahwa Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria
sampai Yesus lahir, ini berarti bahwa sesudah kelahiran Yesus
mereka hidup sebagai suami istri biasa / bersetubuh.

b. Tidak ada perlunya / gunanya mempertahankan keperawanan
Maria setelah Yesus lahir. Kristus memang harus lahir dari seorang
perawan untuk menggenapi Yes 7:14 dan supaya Yesus bisa lahir
tanpa dosa. Tetapi setelah Yesus lahir, keperawanan Maria itu tidak
lagi perlu dipertahankan.

C. Immaculate Conception / Lahir dan hidup tanpa
dosa (1854):
Doktrin Immaculate Conception ini artinya:
• Maria dikandung dan lahir tanpa dosa asal.
• Maria juga tidak berbuat dosa dalam sepanjang hidupnya.
• Maria bahkan dianggap sebagai 'tidak bisa berbuat dosa'
(NON POSSE PECCARE (= not possible to sin).
Doktrin ini dikeluarkan oleh Paus Pius IX tanggal 8 Desember 1854.

Sanggahan Kristen:

1. Alkitab berkata bahwa sejak kejatuhan Adam ke dalam dosa
semua manusia dikandung dan lahir dalam dosa dan bahkan
berbuat dosa (Ayb 25:4 Mzm 51:7 Mzm 58:4 Pkh 7:20 Rm 3:10-
12,23 Rm 5:12,19). Yang dikecualikan hanyalah Tuhan Yesus
sendiri (2Kor 5:21 Ibr 4:15). Karena itu haruslah disimpulkan bahwa
Maria adalah manusia berdosa seperti kita.

2. Dalam Luk 1:46-47, Maria menyebut Allah sebagai
Juruselamatnya. Mengapa Maria membutuhkan Juruselamat kalau
ia memang sama sekali tidak berdosa?

3. Dalam Luk 2:22-24, Maria mempersembahkan korban
penghapus dosa (bdk. Im 12:1-8). Sekalipun kenajisan / ketidaktahiran
karena melahirkan anak itu bukanlah suatu dosa moral,
tetapi bagaimanapun tidak tahir / najis sangat kontras dengan suci /
tidak berdosa!

4. Mengapa Maria harus mati (catatan: orang Katolik Roma pun
percaya bahwa Maria mengalami kematian) kalau ia tidak berdosa?
Kematian adalah upah dosa (Kej 2:16-17 Kej 3:19 Rm 5:12 Rm
6:23). Kristus memang juga mati meskipun Ia tidak berdosa, tetapi
Ia mati untuk menebus dosa umat manusia. Bagaimana dengan
Maria?

5. Tuhan Yesus suci karena Maria mengandung dari Roh Kudus,
tetapi Maria dikandung oleh seorang perempuan yang mengandung
dari laki-laki biasa. Bagaimana mungkin ia dikandung tanpa dosa
dan dilahirkan tanpa dosa pula? Bandingkan dengan ayat-ayat
Ayub 25:4, Ro 3:23, Ro 5:12, Ro 5:19a. Kalau Maria dikandung dan
lahir tanpa dosa, maka semua ayat-ayat di atas ini adalah salah!

6. Orang Katolik Roma menekankan kesucian Maria karena mereka
berpendapat bahwa kalau Yesus itu suci, maka Maria, yang
melahirkan-Nya, juga harus suci. Tetapi doktrin ini mempunyai
konsekwensi logis sebagai berikut: kalau karena Yesus itu suci
maka Maria harus suci, maka karena Maria suci kedua orang tua
Maria harus suci. Dan kalau kedua orang tua Maria suci, maka
keempat kakek nenek Maria harus suci. Kalau ini diteruskan maka
akan menunjukkan bahwa Adam dan Hawa pun harus suci! Ini
adalah konsekwensi logis yang orang Katolik Roma pun tidak akan
mau menerimanya!

7. Doktrin Immaculate Conception ini baru muncul pada tanggal 8
Desember 1854. Mengapa dibutuhkan 18 abad untuk menemukan
doktrin ini? Jelas karena memang tidak pernah ada dalam Kitab
Suci!

D. Assumption of Mary (1950)
Doktrin tentang The Assumption of Mary (= Kenaikan Maria ke
surga secara jasmani) dikeluarkan oleh Paus Pius XII dengan
embel-embel 'EX CATHEDRA' (=dari kursinya) pada tanggal 1
Nopember 1950. Di surga Maria menduduki tempat yang lebih
tinggi dari para orang suci atau penghulu malaikat. Ia dinobatkan
sebagai Ratu Surga oleh Allah Bapa sendiri dan ia diberi tahta di
sebelah kanan Anaknya.

"Bunda Maria diangkat ke surga dengan seluruh jiwa
raganya oleh Allah" (Fx. Wibowo Ardhi, Mari Berdoa
Salam Maria, Kanisius, hal. 39).

Sanggahan Kristen:

1. Doktrin ini baru muncul tanggal 1 Nopember 1950. Mengapa
dibutuhkan waktu 19 abad untuk menemukan doktrin ini? Jelas
karena tidak pernah ada dalam Kitab Suci!

2. Perlu dipertanyakan pertanyaan ini: dengan tubuh apa Maria
bangkit dan masuk ke surga? Sampai saat ini hanya Kristus yang
mempunyai tubuh kebangkitan. Semua manusia akan
menggunakan tubuh ke-bangkitan pada saat Kristus datang kali
kedua (Yoh 5:28-29 1Kor 15:20-23,50-55 1Tes 4:13-17)!
Dari ajaran-ajaran mengenai Maria tersebut di atas tradisi makin
lama semakin berkembang, sehingga makin sukar membedakan
mana ajaran Alkitab dan mana ajaran tradisi gereja.

Pesan Penutup:
• Kalau Katolik Roma mengambil pandangan extrim kiri dengan
memuliakan Maria lebih dari seharusnya, janganlah orang
Kristen Protestan lalu mengambil pandangan yang extrim
kanan dengan menghina atau merendahkan Maria. Maria
tetap adalah orang beriman yang saleh, yang rela dipakai
Tuhan sebagai alat-Nya untuk melahirkan Kristus!

• Kalau ada mujizat-mujizat yang berhubungan dengan Maria
dan mendukung pandangan Katolik Roma tentang Maria
(misalnya Maria menampakkan diri dan mengaku sebagai
Perawan tanpa dosa), maka sadarilah bahwa mujizat yang
bertentangan dengan Kitab Suci itu pasti datang dari setan!
Kitab Suci mengatakan bahwa Iblis bisa menyamar sebagai
malaikat terang (2Kor 11:14), dan karena itu tidak terlalu
mengherankan kalau ia bisa menyamar sebagai Maria atau
bahkan Yesus sendiri.

Dikutip dari
http://www.geocities.com/thisisreformed/artikel/katolik03.html